Logo-im57

Daftar Isi

Dies Natalis dan Gerakan Pembebasan

Masih terngiang di kepala saya ketika seorang teman menginformasikan bahwa nama saya masuk ke dalam salah satu dari tujuh puluh lima pegawai KPK yang tidak lolos Tes Wawasan Kebangsaan (TWK). Saat itu saya sedang bertugas di Pontianak pada bulan Ramadhan di saat pandemi covid 19 sedang mengamuk. Meskipun tiga tahun sudah berlalu, namun rasanya baru saja kemarin saya menerima kabar itu. Ternyata benar ungkapan bahwa setiap kejadian pasti ada hikmahnya dan hikmahnya tentu hari ini ketika kita disadarkan bahwa TWK adalah salah satu cara pelemahan KPK yang sangat ganas. Badai pelemahan yang terjadi sejak satu dasawarsa terakhir menemui awan kelabu yang sangat kelabu.

Tepat ketika kami dipecat yaitu tanggal 30 September 2021, Indonesia Memanggil 57+ Institute (IM57+ Institute) lahir, masih banyak yang bertanya kenapa ada tanda + (plus) nya. Karena sesungguhnya jumlah pegawai yang dipecat adalah 58 orang, tambahannya adalah pegawai yang Surat Keputusan (SK) pemecatannya diterbitkan sebelum hasil TWK miliknya keluar. Ganjil bukan? Tak ada yang ganjil di Republik ini, hukum kadang bisa sim salabim membuat kita semua terkaget-kaget. Padahal menurut seorang ahli hukum berkebangsaan Jerman Gustav Radbruch bahwa tujuan hukum yaitu untuk mencapai kemanfaatan, kepastian, dan keadilan. Lalu TWK ini manfaatnya apa? Kemudian kepastian hukum apa yang dicapai dengan TWK? Dan apakah ada keadilan atas pemecatan atas lima puluh delapan pegawainya yang memiliki keluarga? Entah dasar dan logika hukum darimana yang bisa dijadikan pijakan para dalang TWK ini yang sekarang bersembunyi entah dimana.

Kelahiran IM57+ Institute seharusnya membuktikan ucapan Buya Hamka, “Kalau hidup hanya sekedar hidup kera di rimba juga hidup. Kalau kerja hanya sekedar kerja, kerbau di sawah juga bekerja.” Kami yang dipecat boleh saja kehilangan pekerjaan, tapi kami tidak kehilangan kerja, utamanya kerja memberantas korupsi. IM57+ Institute bak bahtera Nuh yang menyelamatkan jiwa perjuangan kami untuk terus bersuara dan melakukan gerakan pembebasan ‘penjajah’ yang bernama korupsi. Tiga tahun ini membuktikan bahwa energi perjuangan pembebasan negeri ini dari korupsi dapat kami tularkan melalui Indonesia Memanggil Anti Corruption Academy (IM-ACA) yang telah melahirkan puluhan alumnus agen perubahan yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Mengabarkan dan mengajak pada kemanfaatan serta melawan dengan gigih koruptor dan antek-anteknya. Setidaknya itulah salah satu andil kami untuk Bangsa Indonesia, Ibu Pertiwi dimana airnya kami minum dan buminya kami pijak.

Tiga tahun dies natalis tahun ini terasa begitu berbeda, begitu penuh harap, setidaknya itulah yang saya rasakan. Karena tahun 2024 ini adalah tahun politik, dimana terkadang di Republik ini politik bisa mendahului hukum. Kenapa berbeda? berbeda karena di tahun ini kita bangsa Indonesia akan memiliki pemimpin baru, dan kenapa penuh harap? Karena berharap Presiden terpilih memiliki keberanian untuk mewujudkan cita-cita pendiri bangsa sebagaimana termaktub pada pembukaan UUD 1945, “… kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.” Tentu cita-cita pendiri bangsa ini hanya bisa terwujud jika Republik ini terbebas dari korupsi.

Terakhir yang ingin saya analogikan adalah, kami bukanlah gerombolan bajak laut Monkey D. Luffy dalam serial fiksi manga jepang karya Eiichiro Oda berjudul One Piece, yang menyerang Enies Lobby untuk membebaskan Nico Robin sahabatnya. Dan malah kemudian difitnah menjadi sebab musabab hancurnya Enies Lobby. Sebaliknya Enies Lobby hancur karena kebodohan Spandam kepala CP9 (organisasi rahasia pemerintah dunia) dengan sembrono menekan tombol Golden Den-Den Mushi sebagai penanda serangan Basuta Koru atau serangan yang menghancurkan oleh marinir. Kami adalah putra-putri bangsa Indonesia, bagian dari rakyat Indonesia yang ditakdirkan berada di KPK pada masa itu untuk turut serta mewujudkan cita-cita pendiri bangsa.

Selamat Dies Natalis ke-3 IM57+ Institute. Panjang umur perjuangan!

Jakarta, 25 September 2024

Panji Prianggoro

Anggota IM57+ Institute

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Publikasi Lainnya