Logo-im57

Daftar Isi

Keluar Dari Perangkap Passenger

Memang menjadi sebuah kepastian bahwa negeri ini membutuhkan driver. Ketika ekosistem sekeliling tidak mendukung, driver muncul untuk mengubahnya. Menjelajahi hidup berarti menggeluti tantangan dan risiko. Kitalah penentu nasib, bukan nasib yang menentukan diri kita.

Demikian intensi Rhenald Kasali dalam buku best seller-nya, Self Driving: Menjadi Driver atau Passenger? (2014). Mentalitas driver adalah sikap hidup yang selalu bertumbuh, berinisiatif, dan keluar dari tradisi lama. Passenger ialah mereka yang berperilaku pasif, duduk manis, takut mengambil risiko. Passenger atau penumpang terbelenggu oleh kekerdilan cara berpikirnya.

Driver dibutuhkan di pemerintahan maupun perusahaan. Driver memegang prinsip inisiatif, melayani, navigasi, dan tanggung jawab.

Inisiatif berarti bekerja tanpa ada yang menyuruh. Dia berani mengambil langkah berisiko, responsif, dan cepat membaca gejala.

Melayani bermakna berpikir tentang orang lain, mampu mendengar, mau memahami, peduli, dan berempati.

Navigasi adalah memiliki keterampilan membawa gerbong ke tujuan, tahu arah, sanggup mengarahkan, memberi semangat, dan menyatukan tindakan. Dia memelihara “kendaraan” guna pencapaian tujuan.

Tanggung jawab merupakan prinsip yang tidak menyalahkan orang lain, tidak berbelit-belit atau menutupi kesalahan diri sendiri.

Mentalitas penumpang ditandai sejumlah hal, yakni sudah puas dengan keadaan sekarang, tidak menyukai tantangan baru, menyerahkan masalah kepada atasan atau orang lain, serta menunggu perintah dan menjawab dengan kata “siap”.

Selain itu, mentalitas penumpang ditandai juga dengan ketakutan menghadapi masalah dan kecemasan melakukan kesalahan, sangat mencintai jabatan atau wewenangnya, dikendalikan oleh autopilot, terlalu membanggakan apa yang telah dicapai, dan menyandera organisasi sebagai alat untuk menumpang hidup.

Sebaliknya, mentalitas driver ditandai dengan sikap sangat tidak puas dengan keadaan sekarang (status quo), menyenangi tantangan baru, menyukai eksplorasi peluang-peluang baru, memecahkan masalah bersama, menginspirasi orang lain, bekerja dengan hati, memiliki kepedulian dan empati.

Mentalitas driver kemudian juga ditandai oleh cara berpikir kritis (bertanya mengapa), mau merangkul orang-orang yang berbeda pandangan, berani melakukan kesalahan-kesalahan kecil dan mengambil risiko yang terukur, sangat mencintai perubahan namun rendah hati, serta selalu senang belajar hal-hal baru.

Bagaimana menjadi driver? Rhenald Kasali menyediakan resep: disiplin diri. Para pelaku perubahan memiliki sesuatu yang amat pokok, yakni disiplin diri. Sebelum memimpin orang lain, driver terlebih dahulu harus mampu mengendalikan dirinya. Itulah yang menjadi pedoman para pemimpin besar dan eksekutif terkemuka di dunia.

Jadikanlah disiplin diri sebagai gaya hidup, ungkap Rhenald Kasali, dan jangan biarkan diri hidup dalam kebiasaan-kebiasaan seperti membuat alasan (making excuse), menunda-nunda pekerjaan (kerjakanlah sesuatu sesegera mungkin, jangan membiasakan diri baru bekerja menjelang berakhirnya batas waktu), bekerja tanpa prioritas.

Di Meksiko, ada orang-orang yang dikenal sebagai penganut Maniana Principle atau Prinsip Esok Hari: kalau bisa dipikirkan besok, kenapa harus dikerjakan hari ini? Nyatanya, hidup mereka pun tidaklah nyaman, karena selalu dikejar-kejar batas waktu. Pada akhirnya, kualitas kerja mereka senyatanya rendah.

Cara kerja orang besar yang berdisiplin diri ditandai oleh kerja keras, manajemen waktu, persisten (tahan uji, bangkit kembali usai gagal), bertanggung jawab, dan bersikap positif apa pun situasinya.

Membangun disiplin diri bermula dari hal-hal kecil. Hal-hal kecil yang dikerjakan saat ini akan menjadi pegangan hari esok. Langkah-langkah kecil akan menentukan langkah-langkah besar. Mulailah dengan rencana-rencana kecil, lakukan rencana-rencana kecil itu apa pun yang dapat dikerjakan, karena hal-hal kecil itulah yang membuat kita bertumbuh.

Ketika jatuh, bangkitlah kembali. Kesedihan dan kemurungan akibat kegagalan merupakan sesuatu yang wajar. Tapi, janganlah terkungkung lama di bawah tempurung. Hadapi kritik. Terima umpan balik negatif sebagai pembelajaran. Biasakanlah menghadapi hal-hal sulit yang mungkin tidak mau dikerjakan orang lain. Justru dari situ kita akan belajar hal baru dan berkembang.

Hapuslah kalimat ini dari memori kita: “ambil sekarang, rebut hak orang lain”. Kalau Anda sudah mengambilnya, lalu apa? Biasakanlah bertanggung jawab. Jangan lari meninggalkan hasil yang muncul dari perbuatan Anda. Hidup adalah tanggung jawab.

Seorang mandor kawat bernama Sumilan mengatakan, bekerja itu mirip permainan kartu remi. Anda akan menang, ujar Sumilan, kalau Anda punya kartu As: Kerja KerAs, Kerja CerdAs, Kerja IkhlAs, dan Kerja TuntAs.

Faisal Djabbar

Direktur Riset IM57+ Institute

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Publikasi Lainnya